Senin, 16 April 2012

Kayuagung

Kayuagung adalah kabupaten yang merupakan ibu kota kabupaten Ogan Komering Ilir sumatera selatan, Indonesia.

Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan daerah di Sumatera Selatan yang luasnya sekitar 21.469,90 kilometer persegi yang secara geografis terletak antara 104 20'-160' derajat Bujur Timur dan 4o 30'-4o 15 derajat Lintang Selatan. Ibukotanya Kayuagung, sekitar 66 km di selatan Palembang. Berpenduduk sebanyak 972.000 lebih yang sebagian besar beragama Islam.

Topografi daerah ini didominasi dataran rendah dengan rawa-rawa yang luas, terutama di kawasan Timur yang berbatas dengan selat Bangka dan Laut Jawa. Dataran tinggi dan perbukitan sulit dijumpai di daerah ini.

Dataran rendah sebagian masih berhutan lebat dan padang alang-alang, disamping terdapat perkebunan karet, kelapa sawit, buah-buahan, tebu, dan lain sebagainya. Pabrik gula di Sumatera Selatan yang mensuplai kebutuhan gula untuk daerah ini.

Mata pencaharian penduduknya umumnya bertani, disamping sebagai pengrajin pada industri kecil dan pertukangan. Kayuagung cukup terkenal dengan kerajinan tanah liat yang memproduksi alat-alat masak, dapur, dsb.

Industri kerajinan antara lain kerajinan keramik yang berlokasi di Payakabung, tenu kain tanjung, kerajinan kuningan, emas dan alumunium dan lain-lain. Ogan Komering Ilir dikenal sebagai daerah pengahasil buah-buahan dan ikan si Sumatera Selatan.


Dari sisi negatif nYA banyak sekali hal hal yang tidak berkenan di mata masyarakat luas contoh nya banyak diantara orang orang Kayuagung yang menjadi Duta atau keratak atau juga di sebut penjahat halus.

Aku sendiri tidak tahu pasti apa sebenarnya yang dilakukan para duta di kampungku ketika mereka mintar ke Singapura, Malaysia, Brunei, Hongkong, Thailand, atau entah ke mana lagi. Dari isu yang kudengar, mereka ada yang menjadi agen asuransi kemudian melarikan uang itu setelah dapat banyak, ada yang melakukan hipnotis dengan bujuk rayu kata-kata, ada yang menukarkan tas yang sama dengan calon korban, dan entah apa lagi. Yang pasti, kata orang, para duta itu tidak ada yang terang-terangan maling terlebih merampok. Mereka juga punya pantangan menyakiti korbannya. Tapi entahlah.

Dulu, di kampung sidakersa pernah ada yang membawa pulang uang sebanyak satu milyar hanya dalam waktu dua minggu. Pernah juga ada yang membawa uang seratus juta setelah dua bulan mintar. Namun pernah juga ada yang tidak berhasil setelah tiga atau empat bulan pergi. Dari yang kudengar, para duta itu kebanyakan berhasil membawa pulang uang sekurang-kurangnya puluhan juta rupiah. Dari hasil mereka ngeratak itulah ada yang mampu membangun rumah, membeli kendaraan, naik haji, membangun masjid, membangun jalan kampung, atau menjadi bos lebak lebung.

Itu semua tentu saja kabar yang baiknya. Tentang kabar yang tidak baik, aku pun pernah mendengar. Mang Akip misalnya, sejak lima tahun yang lalu, sampai sekarang dia belum juga pulang. Kabarnya dia ditangkap di Malaysia dan dihukum mati di sana.Terdengar juga kabar bahwa dia masih di penjara. Entah mana yang benar.

Ada lagi Mang Udin, kabar yang tersiar sejak tahun lalu, katanya dia ditembak polisi interpol di Singapura. Kawan-kawan duta-nya yang lain tidak bisa mengambil jenazahnya karena faktor keamanan.

Untuk menjadi seorang duta jelas tidak gampang. Di samping harus memilki pegangan khusus, baik dari kiai maupun dari dukun, juga harus mampu berpenampilan intelek dan perlente. Sebab kebanyakan para duta tidak sama dengan penyamun. Mereka pun pantang beroperasi di negeri sendiri. Ada semacam hukum tidak tertulis yang membuat mereka berpantang seperti itu. Di antara mereka, ada yang memang beroperasi sendiri, namun ada juga yang berkelompok antara dua sampai lima orang. Yang beroperasi sendiri jelas berusaha dengan segala trik dan kemampuannya. Namun bagi yang kelompok, mereka memiliki tugas masing-masing. Ada yang bertugas mengecoh calon korban, ada juga yang bertugas meta--yang biasanya telah berangkat terlebih dahulu ke daerah atau negara sasaran.

Dari sisi positif kita lihat duta itu mendatangkan devisa untuk negara kita ,dia juga bisa disebut dengan" pahlawan devisa" .Duta juga ada sifat pantangan beraksi di dalam negeri , mereka menganggap jika mereka beraksi di indonesia sama saja halnya dengan mereka makan dengan lauk daging tubuh mereka sendiri.
.
Banyak juga yang menyebut Kayuagung sebagaI "KOTA DUTA"

Tapi, semoga di masa yang akan datang kita berdoa kepada tuhan supaya anak-anak kayuagung nantinya tidak ada lagi yang mengenal duta / keratak /penjahat, apalagi masih berprofesi sebagai duta, Karena diakui bahwa hidup kita di dunia ini tidak akan kekal, kita semua akan kembali kepada sang pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar